INFO62.NEWS – Sebuah penelitian genetik terbaru yang dilakukan oleh para ilmuwan Inggris telah membuka pintu wawasan baru terkait hubungan antara depresi dan diabetes tipe 2.
Menurut penelitian ini, lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes tipe 2, dan penelitian tersebut mengindikasikan bahwa genetika mungkin menjadi penyebab langsung terkait dengan keterkaitan antara kedua kondisi tersebut.
Dr. Shaunak Ajinkya, seorang psikiater di Kokilaben Dhirubhai Ambani Hospital di India, menyatakan bahwa depresi dan diabetes tipe 2 memiliki hubungan yang erat. Kedua kondisi ini dapat saling memengaruhi dan bahkan meningkatkan risiko satu sama lain.
Menurut laporan yang dikutip dari Indian Express, Dr. Ajinkya mengungkapkan bahwa orang yang menderita diabetes tipe 2 memiliki dua kali lebih banyak kemungkinan untuk didiagnosis dengan depresi dibandingkan dengan populasi umum.
Dr. Ajinkya juga menjelaskan bahwa depresi dapat menjadi faktor risiko untuk diabetes tipe 2 karena dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang yang berkaitan erat dengan perkembangan penyakit tersebut.
Stres kronis dan depresi dapat menyebabkan perilaku tidak sehat, seperti makan berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan kurang tidur. Hal ini dapat menyebabkan obesitas dan resistensi insulin, yang merupakan dua faktor risiko utama yang terkait dengan diabetes tipe 2.
Selain itu, depresi juga dapat memengaruhi sistem respons stres tubuh dan menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang terlibat dalam metabolisme glukosa, seperti kortisol, insulin, dan glukagon.
Di sisi lain, diabetes tipe 2 juga dapat menjadi faktor pemicu depresi, karena beban mengelola penyakit kronis, stres yang terkait dengannya, dan potensi komplikasi dapat secara signifikan memengaruhi kesehatan mental seseorang dan meningkatkan risiko depresi.
Penelitian ini membuka jalan bagi pemahaman yang lebih baik tentang hubungan kompleks antara depresi dan diabetes tipe 2, dan dapat memiliki implikasi penting dalam pengelolaan kedua kondisi ini secara bersamaan.
Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya pendekatan holistik terhadap kesehatan mental dan fisik bagi individu yang mungkin memiliki risiko untuk kedua kondisi ini.***
Sumber : PMJ News